Era Nara dan Heian,
masa di mana kebudayaan Jepang memasuki zaman keemasannya. Orang Jepang
pada zaman dulu percaya bahwa sehabis seorang kaisar mangkat, ibu kota
harus dipindahkan karena tempat beliau meninggal dunia dianggap tidak
baik. Pada tahun 710, sebuah ibukota resmi Jepang didirikan di Nara atau
disebut Heijo-Kyo, kota yang meniru gaya ibu kota Cina, yang terletak
di daerah Kinai, dekat Kyoto dan Osaka. Kuil-kuil Budha banyak dibangun
di ibu kota tersebut, seperti Kofukuji dan Todaiji yang terkenal sampai
sekarang. Sistem pemerintahan pun lebih teratur, mengambil sistem
desentralisasi dan pemungutan pajak.
Tanah dibagi dalam shoen dan
dikuasai oleh penduduk yang harus membayar kepada pemerintah. Di masa
ini juga diselesaikan penulisan 2 buku yang memuat sejarah kuno Jepang,
Nihongi danKojiki. Di bidang olahraga lahir permainan sumo. Gulat ala
Jepang ini cukup populer baik di kalangan keluarga kaisar ataupun rakyat
biasa. Di masa pemerintahan Kaisar Shomu, sumo dipertandingkan secara
teratur.
Era Nara lebih didominasi oleh Kaisar Wanita, seperti Empress
Genmei dan Empress Koken. Empress Koken adalah kaisar wanita terakhir
yang memerintah Jepang karena di masa pemerintahannya, ia sangat
mendukung agama Budha bernama Dokyo, yang hampir merebut tahta Kaisar.
Setelah Empress Koken wafat , dibuat undang-undang yang mengatur hanya
kaum laki-laki yang yang boleh menjadi Kaisar Jepang.
Klan
yang paling berkuasa bahkan sebelum era Nara dimulai adalah klan
Fujiwara. Klan tersebut amat berpengaruh dalam mengatur pemerintahan,
sampai berseteru dengan para pendeta Budha demi memperebutkan kuasa atas
kekaisaran yang sedang berjalan. Untuk menghindari hal yang lebih
buruk, akhirnya kaisar pada waktu itu, Kaisar Kanmu, memindahkan ibukota
ke Kyoto atau disebut Heian-Kyo [yang berarti juga 'tempat damai dan
sentosa'] di tahun tahun 794. Sejak itu dimulailah babak baru
pemerintahan Jepang yang lebih dikenal dengan era Heian.
Di
sana klan Fujiwara semakin menguasai pemerintahan, anggota keluarga
mereka semua tinggal di istana dan dengan pandainya memperkuat posisi
dengan pernikahan anggota keluarga kaisar. Jasa terbesar klan Fujiwara
adalah berkembangnya budaya dan kesenian Jepang, yang mulai menggali
potensi negeri sendiri, tidak hanya mengimpor mentah-mentah budaya
negara lain. Seni sastra, pakaian, melukis, puisi dan permainan olahraga
seperti Igo dan Shogi berkembang di era ini.
Penghuni istana amat
memiliki cita rasa seni yang tinggi. Pakaian pun dibuat indah dengan
aturan warna untuk masing-masing level di istana bahkan warna yang
berbeda untuk setiap musim. Kaum wanitanya pun berbusana Kimono yang
sudah menggunakan teknik pencelupan warna dan sulaman yang indah. Pada
masa itu juga diciptakan sistem tulisan Hiragana katakana, tapi huruf
Kanji Cina tetap dipakai oleh kaum pria dari kalangan atas bahwa ia
terpelajar.
Dari
kesustraan, Murasaki Shikibu, bangsawan wanita kala itu menulis Genji
Monogatari, sebuah karya sastra yang amat diakui hingga masa kini.
Selain ada juga Lady Sei Shonagon dengan bukunya Makura no Soshi dan
banyak buku harian para bangsawan wanita, seperti Kagero Nikki, yang
isinya bisa dikategorikan sebagai karya sastra. Mengapa sastra lebih
banyak ditulis oleh wanita? Karena zaman itu, posisi wanita dianggap
cukup penting.
Seorang perempuan bila pandai menulis puisi atau cerita
bermain musik, maka ia bisa masuk ke kalangan atas dengan menjadi selir
atau istri. Kaum bangsawan pria sering meminta selirnya untuk
menciptakan puisi secara mendadak, jadi apabila sang wanita bisa
memenuhi permintaannya itu, ia akan dihormati. Dengan pengaruh ini,
nuansa kebudayaan Jepang berkembang dengan penuh cita rasa dan
keindahaan.
Klan
Fujiwara ini mencapai puncak kejayaannya pada masa Michinaga Fujiwara
[966 - 1027] yang 4 anak perempuannya menikah dengan setiap kaisar yang
memerintah. Anggota keluarga Fujiwara sendiri tidak ada yang menjadi
kaisar, namun mereka bisa mengontrol pemerintahaan di belakang layar.
Dominasi klan besar ini berakhir ketika Kaisar Go-Sanjo naik tahta tahun
1068 dan kebetulan ibunya bukan berasal dari klan Fujiwara.
Mulailah
perseteruan antara Go-Sanjo dan klan Fujiwara mengenai Shoen Go-Sanjo
berusaha keras menyingkirkan pengaruh klan Fujiwara dari kancah politik
dan istana. Saat ia turun tahta, Go-Sanjo menobatkan putranya, Shirakawa
menjadi kaisar dan tetap pemerintahan melalui anaknya itu. Ia
memastikan klan Fujiwara tidak akan bisa lagi mengendalikan pemerintahan
Jepang dengan membentuk pemerintahan Insei, yang dikuasai oleh para
mantan kaisar yang tidak memerintah lagi.
Selain
klan Fujiwara, ada juga klan-klan lain yang cukup kuat dengan posisi
mereka di luar istana yang sudah dikuasai klan Fujiwara. Klan-klan besar
ini lahir atas jasa Kaisar Tenmu [era Yamato - Ancient Japan]yang
mengeluarkan aturan bahwa keturunan generasi keenam dari seorang Kaisar
Tidak akan lagi dihitung sebagai keluarga kerajaan tetapi akan
dianugrahi nama keluarga yang terhormat.
Dari sinilah cikal bakal 2 klan
yang akan berkuasa yaitu klan Taira [atau Heike] dan Minamoto [atau
Genji]. Klan Taira berasal dari Pangeran Katsurabara, putra dari Kaisar
Kanmu; sedangkan klan Minamoto adalah keturunan dari kaisar Seiwa. Kedua
klan ini juga menyewa banyak Samurai sebagai tentara pribadi mereka,
hingga menumbuhkan kekuatan militer dalam kedua klan ini.
Klan
Taira/Heikedengan kekuatan samurai-nya hendak mengambil alih kekuasaan
Jepang. Kaisar pada waktu itu, Takakura meminta bantuan Minamoto/Genji
untuk melawannya. Pecahlah perang saudara yang dikenal dengan Heiji no
ran atau di sebut 1159. Hasilnya adalah Taira Kiyomori menjadi penguasa
Jepang. Tapi klan Minamoto tidak menyerah begitu saja. Setelah Kiyomori
mangkat, pecah Perang Gempei, yang pada akhirnya mengakhiri kekuasaan
klan Taira dan membawa Minamoto Yorimoto berhasil menguasai Jepang tahun
1185.
Setelah sukses menyingkirkan musuh-musuhnya termasuk seluruh
anggota keluarga yang dianggap mengancamnya, Yorimoto mendirikan
pemerintahanbaru yang disebut Bafuku di Kamakura, sebelah selatan Tokyo.
Pemerintahan ini berbasis militer dan dipimpin oleh seorang Shogun.
Maka dimulailah babak baru pemerintahan Jepang yang dikuasai oleh
Shogunate dan paraSamurai-nya.