Novel Pertama Di Dunia Berjudul Hikayat Genji Sastra Klasik Jepang

Hikayat Genji (源氏物語 Genji Monogatari) atau Kisah Genji adalah karya sastra klasik Jepang berbentuk novel yang ditulis Murasaki Shikibu di pertengahan zaman Heian. Hikayat ini disebut-sebut dalam buku sejarah terbitan tahun 1001, namun penulisannya dianggap belum selesai pada tahun tersebut.

Berdasarkan jumlah bab, isi, dan pencapaian di bidang sastra Jepang, Genji Monogatari merupakan salah satu karya terbesar mengenai keluarga kekaisaran di Jepang, sekaligus karya novel terbesar dalam kesusastraan Jepang.


Hikayat Genji merupakan cerita yang sangat panjang dan terdiri dari 54 bab. Isinya mengenai kisah seputar istana kekaisaran yang terdiri dari 800 waka.

Cerita Hikayat Genji secara garis besar terdiri dari 3 bagian:

Bagian I : kelahiran tokoh utama sebagai seorang pangeran (putra kaisar) yang menjadi warga biasa dan diberi nama kehormatan Genji, dan dikenal dengan nama Hikaru Genji. Setelah dewasa, Hikaru Genji dikelilingi banyak wanita.

Bagian II : kerumitan kisah cinta Hikaru Genji.

Bagian II : kisah anak cucu Hikaru Genji setelah ia tutup usia.

Karya paling terkenal dari Murasaki Shikibu adalah Hikayat Genji, novel tiga bagian yang terdiri dari 1.100 halaman dan 54 bab. Penulisan novel ini diperkirakan perlu waktu satu dekade. Bab-bab paling awal mungkin ditulis untuk majikan sewaktu dia masih bersuami atau tidak lama setelah suaminya meninggal. Dia terus menulis selama bekerja di istana dan kemungkinan selesai ditulis ketika dia masih bekerja untuk Shōshi. Michinaga memberinya kertas berharga mahal dan tinta, dan bantuan ahli kaligrafi. Jilid pertama yang ditulis tangan kemungkinan disusun dan dijilid oleh para dayang. 

Dalam buku The Pleasures of Japanese Literature, Keene mengklaim bahwa Murasaki menulis "adikarya fiksi Jepang" dengan mengambil unsur-unsur tradisi waka buku harian istana, dan monogatari asal zaman sebelumnya, ditulisnya dalam campuran aksara Tionghoa dan aksara Jepang seperti dalam Putri Kaguya atau Hikayat Ise. Ia mengambil unsur-unsur serta mencampurkan gaya penulisan sejarah Cina, puisi naratif, dan prosa Jepang kontemporer. Adolphson menulis bahwa penempatan subjek yang biasa-biasa berdampingan dengan gaya sastra Tionghoa menghasilkan kesan parodi atau satire, sekaligus cara pengungkapan yang unik. 

Hikayat Genji mengikuti format tradisional monogatari yang mengisahkan sebuah cerita, terutama jelas terlihat dari penggunaan narator. Namun Keene berpendapat bahwa Murasaki mengembangkan genre monogatari melampaui batas-batas yang ada, dan dengan demikian telah menciptakan suatu bentuk yang sama sekali modern. Cerita Hikayat Genji berlatar pada akhir abad ke-9 hingga awal abad ke-10, dan Murasaki menghilangkan unsur-unsur dongeng dan fantasi seperti sering ditemukan pada monogatari sebelumnya.

Tema-tema dalam Hikayat Genji umum ditemui pada masa-masa itu, dan didefinisikan oleh Shively sebagai mengemas "tirani waktu dan kesedihan cinta romantis yang tak terhindari".Tema utamanya adalah kerapuhan hidup, "kesedihan eksistensi manusia" atau mono no aware, istilah yang dipakainya lebih dari seribu kali dalam Hikayat Genji. Keene berspekulasi bahwa dalam kisah "pangeran bersinar" (Hikaru Genji), Murasaki mungkin telah menciptakan untuk dirinya sendiri, sebuah pelarian ideal dari kehidupan istana yang kurang menyenangkan untuknya. 

Tokoh Pangeran Genji dibentuknya sebagai protagonis yang berbakat, tampan, berbudi halus, namun masih manusiawi dan simpatik. Menurut Keene, Genji memberikan gambaran mengenai periode Heian, misalnya tentang maraknya hubungan cinta, meskipun perempuan biasanya tetap tak terlihat di belakang layar, tirai, atau fusuma.

Menurut Helen McCullough karya Murasaki memiliki daya tarik universal dan berpendapat bahwa Hikayat Genji melampaui baik genre maupun zaman. Tema dasar dan latar, cinta di istana Heian, dan asumsi-asumsi budaya berasal dari pertengahan zaman Heian. Namun kegeniusan Murasaki Shikibu yang unik telah membuat karyanya berarti bagi banyak orang sebagai sebagai pernyataan kuat dari hubungan antar manusia, kemustahilan kebahagiaan abadi dalam cinta ... dan yang terpenting, dalam dunia penuh kesengsaraan, kepekaan terhadap perasaan orang lain". 

Pangeran Genji mengakui bahwa dalam diri setiap kekasihnya terdapat kecantikan dari dalam seorang wanita dan kerapuhan hidup, yang menurut Keene, membuatnya heroik. Hikayat Genji populer di semua kalangan. Kaisar Ichijō meminta agar cerita itu dibacakan untuknya meskipun ditulis dalam bahasa Jepang. Pada tahun 1021, semua bab diketahui sudah selesai ditulis, dan karya ini sulit diperoleh di daerah-daerah sehingga banyak dicari orang.