Tokoh Sastrawan Berpengaruh Di Jepang

Banyak sekali jenis sastra-sastra yang berada di negeri sakura jepang ini tentunya mempunyai sebuah nama tokoh dalam sastranya, disini saya akan mencoba membahas beberapa nama tokoh yang berpengaruh dalam sastra ciptaannya.



1.  松尾芭蕉 MATSUO BASHO
Matsuo Munefusa, juga dikenal sebagai Matsuo Bashō (Bahasa Jepang: 松尾芭蕉, 1644 - 28 November 1694) adalah seorang penyair Jepang. Ia dikenal sebagai pencipta haiku terbesar, yaitu bentuk puisi dalam 5-7-5 suku kata. Menurut budaya sastra Jepang, biasanya ia dipanggil Basho tanpa nama marganya, karena tanda tangannya sebagai penyair tidak menyertakan nama marganya. Ia biasanya membubuhkan tanda tangan はせを. Ia juga merupakan salah satu penulis terbesar pada era Edo, dan ia mengangkat bentuk haiku ke tingkat tertinggi.

Basho dilahirkan di Iga, yang sekarang bagian dari prefektur Mie, dalam keluarga samurai. Setelah beberapa tahun menjalani hidup samurai, ia menemukan sastra sebagai pekerjaan hidupnya dan melepaskan kariernya sebagai samurai. Ia memulai hidupnya sebagai penyair ketika ia mengabdi pada tuannya sebagai samurai. Mula-mula ia menamai dirinya Tiseu (桃青) karena sebagai penyair Tosei bermakna pir tak matang, pir dalam biru. Ini adalah penghormatan Basho untuk penyair Tionghoa, Li Po (李白) yang namanya berarti plum dalam putih.

Pada tahun 1666 ia pensiun dan setelah 1675 pindah ke Edo, yang sekarang Tokyo. Di Edo 1678 ia memenuhi kualifikasi sebagai master Haiku (Sosho) dan memulai hidup sebagai penyair profesional. Pada 1680 ia pindah ke Fukagawa, di pinggiran kota Edo (sekarang bagian dari Tokyo). Ia menanam pohon basho dan menamai dirinya Basho karena pohon itu pohon favoritnya di tamannya.

2. 千代尼 FUKUDA CHIYO-NI
Chiyo-ni (Kaga no Chiyo) (千代尼; 1703 - 2 Oktober 1775) adalah seorang penyair haiku Jepang pada zaman Edo, yang dikenal melalui syair-syairnya tentang bunga morning glory (asagao).

Lahir di Matto, Provinsi Kaga (kini Prefektur Ishikawa) sebagai putri seorang pembingkai gambar, ia menjadi murid penyair 岸弥左衛門 pada usia 12 tahun. Guru-guru Chiyo-ni adalah murid-murid Matsuo Basho, dan ia bertahan pada gaya Basho dalam karyanya. Pada usia 17 tahun, ia telah menjadi populer di sepanjang Jepang berkat karya-karyanya.

3. 川端 康成   YASUNARI KAWABATA
Yasunari Kawabata (川端 康成 Kawabata Yasunari?, lahir di Osaka, 14 Juni 1899 – meninggal di Zushi, Kanagawa, 16 April 1972pada umur 72 tahun) adalah seorang novelis Jepang yang prosa liriknya membuat ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam Sastrapada 1968. Ia menjadi orang Jepang pertama yang memperoleh penghargaan tersebut. Karya-karyanya hingga kini masih dibaca bahkan di dunia internasional.

4. 国木田 独歩 DOPPO KUNIKIDA
Kunikida Doppo (国木田 独歩, lahir di Chōshi, Chiba, 15 Juli 1871 – meninggal di Tokyo, 23 Juni 1908 pada umur 36 tahun) adalah penulis novel dan puisi romantis Jepang dari periode Meiji. Ia dikenal sebagai salah seorang perintis naturalisme dalam sastra Jepang.

5. 紫式部 MURASAKISHIKIBU
Murasaki Shikibu (紫式部, lahir 973 – meninggal 1014 atau  1025)   adalah novelis dan   penyair Jepang, sekaligusdayang di istana kekaisaran pada zaman Heian. Ia dikenal sebagai penulis Hikayat Genji yang ditulis dalam bahasa Jepang kira-kira antara tahun 1000 dan 1012.

Murasaki Shikibu adalah nama pena, nama aslinya tidak diketahui. Beberapa sejarawan memperkirakan bahwa nama aslinya adalah Fujiwara Takako, seperti tertulis dalam nama pelayan istana dengan pangkat shōji pada tanggal 29 bulan 1 tahun 4 Kankō (19 Februari 1007) menurut Midō Kampaku Ki, sebuah buku harian yang ditulis oleh Fujiwara no Michinaga, walaupun teori ini tidak banyak didukung oleh sejarawan lainnya.[1] Dalam buku harian pribadinya yang berjudul Buku Harian Murasaki Shikibu, ia menulis bahwa nama panggilannya di istana adalah Murasaki, seperti nama tokoh dalam novel Hikayat Genji yang ditulisnya. "Shikibu" menunjuk kepada pangkat ayahnya di Biro Protokoler Istana (Shikibu-shō).

Dia dibesarkan di rumah keluarga ayahnya, tempatnya belajar membaca dan menulis aksara Tionghoa yang menurut tradisi waktu itu tidak diajarkan kepada perempuan. Ketika itu aksara Tionghoa adalah bahasa tulis di kantor-kantor pemerintah. Dia diperkirakan menikah ketika berumur 25 tahunan hingga menjelang 30 tahun, dan melahirkan seorang anak perempuan sebelum suaminya meninggal, dua tahun setelah mereka menikah. Hikayat Genji tidak jelas diketahui kapan mulai ditulis, tapi kemungkinan ketika dia masih bersuami atau beberapa lama setelah dia menjanda. 

Pada sekitar tahun 1005, Murasaki diminta untuk bekerja sebagai dayang di istana kaisar di bawah pemerintahan Permaisuri Shōshi. Kemungkinan dia diminta bekerja di istana karena reputasinya sebagai penulis sudah terkenal. Selama bekerja di istana, dia terus menulis dan terus menambahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama dia bekerja di istana ke dalam karyanya. Setelah lima atau enam tahun mengabdi, dia meninggalkan istana untuk pensiun bersama Permaisuri Shōshi ke sekitar Danau Biwa. Para cendekiawan tidak sepakat mengenai tahun kematiannya, sebagian besar di antara mereka sepakat bahwa Murasaki Shikibu meninggal pada tahun 1014, tapi sebagian lainnya memperkirakan dia masih hidup hingga tahun 1025.

Dua karya paling utama dari Murasaki Shikibu adalah Hikayat Genji dan kumpulan puisi Buku Harian Murasaki Shikibu. Dalam satu dekade setelah selesai ditulis, Hikayat Genji telah beredar ke seluruh provinsi. Tidak sampai satu abad setelah selesai ditulis, novel ini telah diakui sebagai karya klasik sastra Jepang, dan telah menjadi subjek kritik sastra. Pada awal abad ke-20 karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, semuanya berjumlah enam jilid yang selesai pada tahun 1933. Para ahli sastra terus menyadari pentingnya karya-karya Murasaki yang menggambarkan kehidupan di istana kaisar sepanjang masa keemasan zaman Heian. Sejak abad ke-13 karya-karyanya telah menjadi sumber inspirasi bagi seniman-seniman Jepang dan ahli cetak kayu ukiyo-e.